Judul Buku: Timun Jelita Volume 2Penerbit: GagasMediaTahun Terbit: 2025ISBN: 9786234933260Jumlah Halaman: 230
Hello Readers! Selamat datang kembali di sesi book review dalam blog saya ini. Hmmm rasanya baru kemarin ya bang Radit nerbitin buku baru plus debut jadi musisi, eh tau-taunya masih awal tahun udah bikin gebrakan baru dengan rilis buku dan buat musik lagi di novel Timun Jelita Volume 2.
Ngeliat halaman bukunya sih, lebih tebal dari buku Timun Jelita yang pertama. Kira-kira seseru apa ya kisah baru dari Timun, Jelita, dan Robert dalam bermusik kali ini? Yuk, kita bahas!
Blurb
Buku ini bercerita tentang Timun Jelita, sebuah duo band pop yang terdiri dari akuntan freelance berusia 40 tahun bernama Timun, dan sepupunya seorang mahasiswi bernama Jelita.
Perbedaan umur ini yang membuat perjalanan mereka mengarungi dunia musik penuh dengan drama yang menggelitik. Belum lagi tingkah sok tahu manajer magang mereka yang bernama Robert.
Dalam buku volume 2 ini, cerita Timun Jelita berlanjut. Kita akan mengikuti 11 bab cerita nge-band dan segala keanehannya. Dari mulai Timun belajar endorse produk pertama kali, Jelita yang memaksa dirinya first date, hingga Robert yang berusaha memenuhi tugas dari dosen killer. Semua dibalut dengan suka duka membuat musik untuk mini album terbaru mereka.
Review
Kisah perjalanan bermusik Timun, Jelita, dan Robert terus berlanjut di novel Timun Jelita Volume 2. Di bab awal novel para pembaca akan langsung disuguhi oleh wawancara absurd antara Timun dan seorang jurnalis bernama Chelsea dari media Marmut Mania Indonesia. Tak perlu dicari tahu dalang dari kejadian aneh ini, karena memang sudah pasti jawabannya adalah Robert.
Sejak lagu-lagu Timun Jelita mulai banyak didengarkan, Robert tak kehabisan akal untuk terus mempromosikan Timun Jelita dengan cara spamming ke berbagai email media di tanah air. Dari sekian banyak media, email Robert ternyata hanya dibalas oleh media Marmut Mania Indonesia. Wawancara lintas genre itu pun diakhiri dengan ucapan support dari Marmut Mania Indonesia untuk kesuksesan mini album Timun Jelita.
Tak sampai di situ saja, Timun Jelita juga mencoba menaikkan nama mereka dengan kerja sama dengan brand sepatu lewat jalur endorse. Sebagai bapak-bapak 40 tahunan, metode marketing seperti ini tentu sangat bertolak belakang dengan dirinya. Meskipun sudah sangat sering bersentuhan dengan klien influencers-nya yang gemar nge-endorse, Timun tetap tak terbiasa melakukannya.
Menuju deadline, tak diduga dan tak disangka, proses endorse sepatu ini terjadi secara alami. Berawal dari Robert yang kena tipu cewek di sosmed, berujung adegan tabrak dan kejar-kejaran pelaku. Yang paling sialnya, sepatu endorse-an itu juga ternyata menjadi saksi patah hati kesekian kali Robert terhadap cewek yang dia taksir saat di GBK. Kisah patah hati sekaligus jatuh cinta sendirian Robert beruntung diabadikan Timun Jelita lewat lagu Kalah oleh Malu.
Lagu-lagu terbaru Timun Jelita bisa dibilang menjadi soundtrack kehidupan orang-orang di dalam buku ini. Lagu Masih Meminta sendiri dibuat oleh Timun untuk istrinya, Putri. Timun mengenang masa-masa suka dan duka hubungannya bersama Putri saat SMA. Beruntungnya, Timun dan Putri tak hanya sekedar menjadi pasangan kekasih tetapi juga sebagai sepasang suami istri.
Cerita asmara Jelita juga diabadikan Timun Jelita lewat lagu Kena Lagi di Hati. Semua bermula dari keisengan Jelita yang menerima taruhan Robert untuk dating lewat Bumble. Demi sebuah traktiran makan mewah, Jelita mengiyakan taruhan Robert. Yang awalnya hanya sekedar jalan dengan stranger bernama Agit dari sosial media sebagai sebuah pembuktian untuk Robert, ternyata pertemuan itu malah membekas di hati Jelita.
Pasang surut kisah asmara Timun, Jelita, dan Robert juga senada dengan perjalanan musik duo band pop Timun Jelita. Tantangan mengikuti audisi band pembuka dari showcase terbaru dari Heraclash, perjuangan membuat mini album, hingga sabotase di atas panggung showcase.
My Impression
Euforia saat membaca buku kedua dari Timun Jelita ini pada dasarnya hampir sama saat membaca buku pertama dari Timun Jelita. Setiap bab di novel ini juga sukses bikin saya tetap ngakak. Iya, jokes-nya juga sama, bikin saya sering ngelakuin ketawa karir tiap baca halaman demi halamannya.
Baru bab pembuka aja sudah bikin saya ngakak gara-gara wawancara bareng media Marmut Mania Indonesia. Gak bisa dipungkiri, selain karakter Anwar, klien Timun yang merupakan influencer tukang prank itu, sosok Robert sebenarnya juga makin melengkapi ke-absurd-an cerita dalam Timun Jelita.
Karakter Robert ternyata naik level di volume 2 ini. Mulai dari kena tipu sama cewek di sosmed yang berujung motornya dibegal, jatuh cinta sendirian gara-gara jatuh cinta pada pandangan pertama di GBK. Pas ketemu ceweknya, eh dikira ceweknya naksir beneran sama Robert, tau-taunya cuma naksir sepatunya Robert. Malah makin diperjelas lagi sama tuh cewek kalau pengen beliin sepatu buat tunangannya. Gimana gak makin potek tuh si Robert 🤣.
Nah, belum lagi ide tugas kuliahnya yang super kocak. Udah pernah presentasi ide bisnis jasa sikat gigi hewan terus ditolak mentah-mentah sama dosennya, eh malah dilanjut dengan buat ide bisnis joki ijab kabul karena banyak calon pengantin yang nervous pas ijab kabul katanya. Gimana gak stress tuh dosennya kwkwkw. Tapi ya tapi, gara-gara tugas kuliahnya yg bikin Robert hampir gila, alhasil Robert pun mati-matian buat ide bisnis kue mochi bareng Putri, istrinya Timun. Presentasinya sempurna di mata dosen, saking sempurnanya, dosen yang awalnya gregetan sama Robert malah kagum dong sama si Robert. Puncaknya, si dosen killer malah comblangin si Robert sama anaknya. Aneh beud dah ini kisah cinta si Robert. Kalau kisah cinta si Robert rada-rada aneh, beda lagi nih sama kisah asmaranya Jelita. Iseng-iseng kepaksa nge-date eh malah jatuh cinta beneran. Kena deh!
Kalau bahas love line, kayaknya kisah Timun dan Putri di novel ini juga naik level dibanding novel sebelumnya. Suka banget sama buku kedua Timun Jelita ini, soalnya ada banyak dialog dan cerita antara Timun dan Putri. Serasa liat kak Annisa sama bang Radit in book version. Mana tiap dialog Putri, kayak denger suara mamanya Alea sama Aca yang ngomong. Gemessss!
Di novel ini tuh juga benar-benar padat sama karakter dan kisah masing-masing tokohnya. Selain bisa ngerasain perjuangan Timun Jelita buat jadi duo band yang lebih dikenal banyak orang, saya juga ngerasain banget kedekatan yang makin intens antara Timun, Jelita, Robert, dan juga Putri. Di novel kedua ini tuh mereka udah benar-benar kayak nyatu gitu. Kalau dibuatin series atau film, novel ini udah cocok dimasukkin ke genre slice of life sama komedi yang cocok dinonton pas musim panas. Azzzek.
Bumbu-bumbu komedinya bang Radit masih tetap kental di novel ini, tapi selain itu seperti biasa, bapak-bapak 40 tahunan ini juga nyelipin banyak quotes-quotes bijak yang bikin saya juga auto ngangguk-ngangguk. Sebenarnya saya nandain banyak quotes sih di novel ini, tapi kayaknya kalau saya masukin di blog ini, kayaknya kepanjangan deh.
Nah, salah satu yang quotes yang nampol di kepala saya tuh ini, pas Timun lagi ngomong sama Heru.
Fokus ke usahanya. Kebahagiaan harus dari ketika lagi berusaha. Main musik harus bikin bahagia, bukan dari banyaknya fans. Bukan dari banyaknya manggung, uang, dan lainnya itu baru datang kalau kita bahagia dari usaha kita.
Karena kita jadi gak berasa lagi usaha? Tanya Timun.
Persis. Setiap hari adalah hari baru. Setiap hari adalah usaha baru. Tanpa berasa, tanpa beban. Karena ngelakuinnya aja udah bahagia. Kata Heru.
Gitu ya, kata Timun.
Gue tahun ini udah 57 tahun. Di jantung gue udah sudah terpasang tiga ring. Gue manggung lama aja ngos-ngosan. Gue gak tahu berapa lama lagi sisa hidup gue. Tapi, bersyukurlah umur kita udah setua ini, Timun.
Kenapa?.
Karena kita udah mikirin sisa umur. Jadi setiap hari kita manfaatkan sebaik-baiknya. Setiap hari adalah waktu yang tidak boleh terlewat untuk melakukan apa yang kita suka.
Timun terdiam. Saya pun pas baca ini juga langsung kicep. Iya yah, di umur yang semakin matang menuju tua ini harusnya kita memang fokus aja sama apa yang bikin bahagia. Selama hal yang dilakuin itu baik, gak ngerugiin orang, dan malah bermanfaat buat banyak orang, ya why not buat terus ngelakuin usaha-usaha yang bikin bahagia itu.
Yup, novel Timun Jelita ini ternyata gak cuma kasih kisah kasih dan bermusik Timun Jelita, dan Robert. Ending novel ini juga malah macam ngasih kelas filsafat untuk lebih memaknai hidup dan mencari kebahagiaan.
Ehmm, well kayaknya itu aja deh review buat Timun Jelita volume 2 ini. Saya sih gak ngarep ada volume 3 nya. Sampe volume 2 aja kayaknya udah cukup banget. Tapi kalau itu bikin bang Radit bahagia, gass aja bang! Apalagi kalau mau dibuatin film atau series, wahh bukan bang Radit aja yang bahagia, saya pun pasti akan turut bahagia bang hihi.
No comments