Judul Buku: Hana-Tara-HataPenulis: Tere LiyePenerbit: SabakgripTahun Terbit: 2025ISBN: 9786347046031Jumlah Halaman: 384
Hello Readers! Welcome back to my blog again! Sesuai judulnya, kali ini saya bakalan lanjutin ulasan kisah petualangan Raib, Ali, dan juga seli di dunia paralel. Di plot akhir novel sebelumnya, Tere Liye sempat ngasih closingan untuk berjumpa kembali di Aldebaran Bagian 2. Dan boom! Ternyata kita malah dikasih petualangan seru dari masa lalunya Hana- Tara-Hata si Ratu Lebah di Serial Bumi. Jadi, kayak apa sih kehidupan dari si Ratu Lebah dan keluarganya ini di masa lalu? Yuk, kita review bareng-bareng!
Blurb
Apakah kalian sudah mengenal Hana, penghuni Padang Perdu Klan Matahari?
Ini adalah kisahnya. Tentang seorang pemilik kekuatan “membaca alam sekitar”. Tentang seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Rasa sakit. Kehilangan. Pengorbanan. Kebencian. Memaafkan. Tumpah menjadi satu. Juga pertarungan mematikan, tempat-tempat berbahaya, hewan, dan tumbuhan legendaris.
Kalian mungkin telah tahu kisah ini dari buku-buku sebelumnya, bukan? Tapi itu tidak lengkap. Belum selesai. Karena kita tidak benar-benar tahu akhir sesuatu sebelum sesuatu itu benar-benar berakhir. Dan saat kisah itu berakhir, itu boleh jadi ternyata menjadi awal kisah dari kisah lain yang lebih seru.
Buku ini adalah buku ke-17 dari serial Bumi.
Review
Karakter Hana, sang Ratu Lebah penghuni Padang Perdu yang muncul perdana di novel Bulan ternyata juga memiliki kisah tersendiri yang sangat berkesan. Hana lahir sebagai anak tunggal, itulah kenapa, di namanya tidak ada I, II, III, IV, dst seperti nama penghuni lain di klan Matahari.
Hana kecil tidak tinggal di padang perdu yang sepi itu. Ratusan tahun lalu, dia tinggal di kota besar bernama Exeos. Jika Ilios adalah ibu kota Klan Matahari, maka Exeos adalah kota kembarnya.
Sejak kecil Hana memiliki kekuatan yang berbeda dari anak-anak seusianya. Ia memiliki bakat “membaca alam sekitar”. Hana mampu berbicara dengan lebah hingga udara di sekitarnya. Kelebihan yang dimiliki Hana ternyata menjadi boomerang untuk dirinya. Hana takut jika lebah hingga angin membawa kabar buruk untuk dirinya dan orang-orang di kota Exeos. Sejak saat itu Hana memutuskan untuk tidak lagi berbicara dengan lebah dan udara di sekitarnya.
Hana tumbuh dewasa dan menikah dengan Gara-gara-dia III. Di penghujung tahun kedua pernikahan mereka, Hana melahirkan bayi laki-laki tampan dan gagah, namanya Mata-hana-tara. Mata juga tumbuh dengan kekuatan unik yang diwariskan oleh ibunya, Hana. Selain mampu membaca alam sekitar, Mata juga memiliki kecerdasan dan kemampuan bertarung tingkat tinggi yang melampaui anak-anak seusianya di kota Exeos. Masa depan Mata sangat cerah, segala impiannya terbentang luas di hadapannya. Sayangnya, kegembiraan Hana berbelok drastis ketika acara Festival Bunga Matahari semakin dekat.
Pesan itu tiba, Mata-hana-tara terpilih sebagai kapten fraksi kota Exeos. Hana menatap pesan dari mesin sakral Klan Matahari. Terdiam. Mematung. Dia tidak akan mengizinkan anaknya untuk ikut berkompetisi. TIDAK AKAN!
Terpilih sebagai peserta terlebih sebagai kapten yang mewakili kota Exeos dalam festival bergengsi di Klan Matahari tersebut memanglah sebuah kebanggaan bagi banyak orang. Namun, tidak bagi Hana, ia tidak membiarkan Mata menghadapi risiko besar yang mengancamnya selama kompetisi. Sayangnya, takdir memang tak berpihak pada Hana. Takdir tetap memaksa Mata untuk menjadi peserta sekaligus kapten fraksi kota Exeos.
Jauh sebelum misi menemukan bunga matahari mekar yang diikuti oleh Raib, Seli, dan Ali, Mata dan timnya telah lebih dulu mencicipi beringasnya rute menuju tempat bunga matahari pertama kali mekar. Menelusuri hutan mematikan dengan berbagai hewan berbahaya, melewati cuaca ekstrim, hingga yang paling seram adalah bertemu dengan lawan terkuat dari fraksi kota Ilios.
Gua Anomali menjadi tempat bunga matahari mekar pertama kali. Tempat ini sekaligus menjadi titik terakhir misi dari kompetisi ini. Setelah perjalanan melelahkan dan pertarungan bertaruh nyawa dan harga diri, fraksi kota Exeos berhasil memetik bunga matahari. Namun, kelicikan Fala-tara-tana IV membuat fraksi Exeos gagal membawa pulang bunga matahari itu. Kelicikan Fala-tara-tana IV tidak lepas dari bantuan Rah, si Tanpa Mahkota yang berhasil keluar lewat portal Penjara Bayangan di Bawah Bayangan.
Pertarungan hebat terjadi antara Mata dan si Tanpa Mahkota. Tanpa Mahkota kalah telak dari Mata. Mata memutuskan untuk tidak membunuhnya, ia membawa kembali si Tanpa Mahkota menuju portal penjara keabadian. Sayangnya, Mata tidak menyadari jika si Tanpa Mahkota mengirimkan teknik telepati kepada Fala-tara-tana IV untuk mengecoh Mata. Fala-tara-tana IV berhasil menusukkan jarum beracun pada tubuh Mata. Mata tumbang seketika. Dengan terseok-seok, Fala-tara-tana IV juga menyeret Mata menuju portal Penjara Bayangan di Bawah Bayangan.
Tak pernah ada yang tahu tentang apa terjadi sebenarnya saat itu. Gua Anomali melumpuhkan seluruh kamera ketika momen genting ini terjadi. Meskipun di detik-detik terakhir siaran live streaming menampilkan kehebatan fraksi Exeos menang mudah dari fraksi Ilios, akan tetapi di akhir kompetisi sosok Fala-tara-tana IV lah yang berhasil keluar dari gua sambil memegang bunga matahari. Saat itu, seluruh Klan Matahari hanya sebatas mengetahui jika Fala-tara-tana IV dari fraksi Ilios berhasil mendapatkan bunga matahari. Kabar buruknya, seluruh peserta dari fraksi Exeos ditemukan tewas. Dan yang lebih buruknya lagi, jasad Mata tak pernah ditemukan.
Duka mendalam begitu menyiksa Hana karena telah kehilangan anak semata wayangnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Hana kembali menemui para lebah dan juga angin untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Mata. Sayang, kemampuannya berbicara dengan alam sudah lama tak ia gunakan sehingga Hana sulit menemukan jawaban dari alam.
Di penghujung novel, pembaca kembali dibawa menuju ruangan basement rumah Ali. Diskusi tentang membuka portal menuju Klan Aldebaran kembali berlanjut. Semua setuju untuk membukanya, hanya Hana yang menolak rencana itu. Alam berbicara pada Hana termasuk lebah-lebahnya, dan mereka tidak nyaman dengan rencana membuka portal itu. Bibi Gill menjadi penengah saat suasana terasa canggung.
Aku tidak akan mengabaikan insting Nyonya Hana. Pun lebah-lebah itu. Kegelisahan yang mereka sampaikan jelas serius. Membuka portal menuju Klan Aldebaran bisa menimbulkan masalah besar. Tapi kita tidak akan tahu apa akhirnya, sebelum semua benar-benar berakhir.
Sama seperti saat empat ratus tahun lalu, ketika Nyonya juga cemas atas keberangkatan putra semata wayang Nyonya mengikuti Festival Bunga Matahari. Itu memang menyakitkan, kehilangan, direnggut seketika. Insting nyonya benar, dan itulah yamh benar-benar terjadi. Tapi, kejadian itu belum berakhir hingga semua benar-benar berakhir, bukan?
Seisi ruangan penasaran sekaligus antusias dengan pernyataan Bibi Gill. Hingga sampailah Bibi Gill pada poin penting yang ingin disampaikan kepada Hana bahwa Mata memiliki nasib yang sama dengan Ily, ya Mata-hana-tara masih hidup, ia hanya tertidur panjang dan kabar baiknya, ia akan segera terbangun dari tidur panjangnya.
Belum selesai seisi ruangan takjub dengan ucapan dari Bibi Gill, sebuah portal dengan cahaya hijau lembut muncul di tengah ruangan. Sosok pemuda rupawan muncul dari balik portal. Ya dia adalah Mata, anak kebanggaan Hana-tara-hata. Setelah ratusan tahun lamanya, Mata kembali bertemu dengan ibunya, yang cintanya untuk Mata sebanyak lebah-lebah di dunia paralel.
My Impression
Well, sampai lembar terakhir novel ini sebenarnya saya masih speechless sih sama plotnya. Pertama, karakter Hana ini ternyata punya cerita yang gak kalah berkesannya yah sama tokoh lain di Serial Bumi. Saya bahkan baru ingat kalau ada sosok Hana si penghuni Padang Perdu Klan Matahari yang muncul di novel Bulan. Kedua, love relationship antara Hana-tara-hata dan Gara-gara-dia III kok lucu dan seru ya in my POV. Gak kebayang aja kalau sosok Hana yang keren ini dapatnya jodoh yang unik dan beda gitu dari karakter di Serial Bumi lainnya. Jodoh itu memang unpredictable tapi memang mereka saling melengkapi sih. Satunya suka serius, satunya suka jail. Ini baru rumah tangga yang balance (saya masih mau bahas love-line mereka tapi keburu saya curhat dan oversharing).
Nah, ketiga, hampir sama dengan ekspresi para penghuni ruangan di basement Ali, saya juga syokkk pas tau kalau Mata ternyata masih hidup. Dan yang lebih gongnya lagi, doi langsung dimunculin dong di bab akhir novel ini. Kirain Tere Liye bakal buat buku tersendirinya lagi macam kisah Ily yang dikuasai kekuatan bunga Matahari Hitam sebelumnya.
Ending novel Hana-tara-hata memang bikin happy, tapi ini tumben-tumbennya Tere Liye gak kasih closing-an macam buku-buku sebelumnya, kayak statement “berlanjut di Aldebaran bagian 2”. Saya kan jadi penesyeren, ini kisah Raib, Seli, dan Ali bakal kemana lagi setelahnya. Tapi ngeliat para sesepuh dunia paralel sudah berkumpul dan kasih sinyal buat portal Klan Aldebaran, berarti novel selanjutnya udah lanjut ke Aldebaran bagian 2 kan Bung Tere Liye? Kan? Kan? Ya kan ya? Atau mau jalan-jalan ke Klan lain dulu kali yah? Ya udah lah ya, kita serahin sama Tere Liye dan timnya aja, gimana baiknya ini kisah dunia paralel. Tapi bagusnya sih, lanjutannya publish tahun ini juga hehe 🫰🏻
No comments