Racket Boys (Review)



Hello Readers! Welcome back to my review board again. Di review kali ini saya akan membahas drama Korea berjudul Racket Boys yang merupakan salah satu drama Korea yang cukup healing menurut saya meskipun sempat diwarnai oleh kontroversi di salah satu episodenya.

Tapi dan tapi meskipun demikian, terlepas dari kontroversi tersebut drama ini masih tetap punya cerita yang seru dan keren loh. Episode pertama Racket Boys ini sendiri dibuka dengan kisah Yoon Hyeon Jong (Kim Sang Kyung) yang merupakan mantan atlet badminton yang sekarang beralih profesi menjadi pelatih. YoonHae Kang (Tan Joon Sang), putra sulung YoonHyeon Jong, adalah atlet junior di salah satu klub baseball di Seoul. Untuk mengikuti event yang lebih besar, atlet junior diwajibkan untuk membayarkan sejumlah uang kepada klub. Mengerti akan keadaan keuangan orang tuanya, Hae Kang tidak menginformasikan tentang pembayaran tersebut. Klubnya pun memberikan kesempatan agar Hae Kang bisa direkrut secara gratis apabila ia berhasil menjadi pelari tercepat di antara anggota-anggota klubnya. Kegigihan Hae Kang membuahkan hasil. Ia menjadi pelari tercepat namun klub tidak menepati janjinya. Satu-satunya slot yang tersisa diberikan kepada anggota lain yang bersedia memberikan uang.

Keadaan keuangan keluarga YoonHyeon Jong yang makin memburuk memaksa ia untuk meboyong keluarganya ke sebuah desa. Di sana ia ditawari untuk menjadi pelatih klub badminton putra SMP Haenam. Klub badminton ini terancam bubar karena hanya memiliki tiga anggota sedangkan untuk ikut berkompetisi, klub setidaknya harus memiliki empat anggota. Dengan bujukan sang ayah, Hae Kang akhirnya mau menjadi anggota sementara klub tersebut.

Sport dan Slice of Life

Kalau kalian akrab dengan Prison Playbook, kemungkinan besar kalian akan menyukai drama ini. Cek per cek, penulisnya sama ternyata. Awalnya kupikir drama ini akan fokus pada kompetisi-kompetisi badminton yang akan diikuti klub badminton SMP Haenam, semacam Kuroko no Basuke atau Haikyuu gitulah. Sempat mikir juga bakal seperti Hot Stove League yang fokus sama manajemen klub. Ternyata tidak sama sekali. Racket Boys ini dibalut dengan slice of life yang tentu saja mengandung bawang.

Anak-anak Haenam yang menjuluki diri mereka Racket Boys memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada YoonHae Kang yang kedua orang tuanya merupakan pelatih bulutangkis. Ada Bang Yoon Dam (Son Sang Yeon), ketua Racket Boys yang mendapatkan full support dari keluarganya untuk menjadi atlet. Ada Na Woo Chan (Choi Hyun Wook), anak tentara yang ditentang habis-habisan oleh ayahnya untuk bermain badminton. Ada si imut Lee Yong Tae (Kim Kang Hoon), fans nomor satu pebulutangkis Korea, Lee Yong Dae. Seiring bertambahnya episode, Racket Boys memiliki anggota baru. Jung In Sol (Kim Min Ki), siswa terpintar di SMP Haenam yang diam-diam menyukai badminton tapi ditentang oleh ayahnya. Ada juga anggota klub badminton putri SMP Haenam yaitu Han Se Yoon (Lee Jae In), atlet muda yang sangat berbakat dan sudah memenangi banyak event junior internasional; dan sahabatnya Lee Han Sol (Lee Ji Won), yang kadang merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya sendiri.

Yang unik adalah drama Racket Boys ini tidak hanya menceritakan tentang anak-anak kub badminton beserta problematika mereka dalam mengikuti kompetensi. Kita juga disuguhkan dengan kisah-kisah warga desa Ttangkkeut. Bagaimana mereka hidup dalam keterbatasan literasi, kehidupan perekonomian mereka yang bergantung penuh pada hasil pertanian, serta bagaimana mereka dihadapkan pada masalah rumit seperti tanah yang ingin direbut oleh orang-orang tamak yang memanfaatkan ketidaktahuan mereka.

Banyak warga yang meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di Seoul, tapi ada pula warga kota yang pindah ke desa untuk memperbaiki kehidupan mereka. Drama ini memperlihatkan bagaimana warga desa dan kota saling beradaptasi untuk hidup bersama. Nontonnya tuh bikin hati tentram, sejuk, dan menyenangkan. Warga desa mengajarkan warga baru untuk beradaptasi dengan keadaan desa. Warga kota pun mengajarkan warga desa ilmu-ilmu yang belum pernah mereka akses sebelumnya, seperti internet, cara pemasaran produk pertanian, dan tentu saja yang terpenting adalah baca tulis.

Kontroversi Episode 5

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Pepatah ini cocok banget ditujukan untuk drama ini. Bisa dibilang Racket Boys adalah drama yang sangat dinantikan oleh Badminton Lovers di Indonesia. Drama ini juga makin ramai diperbincangkan ketika kalender bergambar Kevin-Gideon, pasangan ganda putra andalan Indonesia muncul di salah satu episode. Tetapi semuanya berubah ketika drama ini memasuki episode lima. Drama ini menyelipkan sedikit kisah Han Se Yoon ketika ia mengikuti event-event internasional, salah satunya di Indonesia. Antusiasme penonton Indonesia rupanya harus dibayar dengan kekecewaan karena beberapa dialog yang dianggap menyinggung. Dalam salah satu scene, pelatih tim Korea menganggap Indonesia memberikan fasilitas yang buruk dengan sengaja kepada mereka karena sentimen terhadap kehebatan Han Se Yoon (kira-kira kayak gitulah itulah kalau dilihat dari sudut pandang saya pas nonton). Sebagai badminton lovers yang tidak pernah absen menonton Super Series, saya juga merasa sangat nggak nyaman nontonnya. Setau saya (dan juga dari beberapa interview pemain internasional), Indonesia selalu memberikan hospitality terbaik saat menjadi tuan rumah sebuah event badminton. Tentu gak terima dong yess kita dituduh macem-macem. Ada juga dialog yang mengatakan bahwa penonton di Indonesia tidak memiliki sopan santun karena bersorak ke atlet yang main. Emang penonton kita terkenal heboh karena vibes “eaaeaa” setiap kali kok dipukul hahaha. Culturenya beda dan harusnya saling menghargai aja gak sih.

Hal ini tentu saja membuat netizen Indonesia geram dan menuntut permintaan maaf dari SBS, stasiun TV yang menayangkan Racket Boys. SBS tentu saja minta maaf walaupun cuma lewat kolom komen. Akhirnya, banyak yang memutuskan untuk tidak lanjut menonton dan memberikan rating rendah untuk drama ini.

Jadi harus lanjut apa drop drama ini aja? Saya pribadi memutuskan untuk lanjut menonton karena jujur masih penasaran sama perjuangan Racket Boys dan warga desa Ttangkkeut. Walaupun kadang suka kesel liat pelatih yang bilang Indonesia curang. Ya intinya writer nim and the gangnya kurang riset aja kali. Padahal ada Lee Young Dae loh yang bisa jadi sumber valid kalau mau bahas dunia perbulutangkisan Indonesia.

Racket Boys and Girls

Perjuangan klub putra Haenam terbilang lebih berat daripada klub putrinya. Jujur saya lebih senang melihat perjuangan klub putra Haenam yang lebih manusiawi. Maksudnya manusiawi adalah ada ups and down-nya. Rollercoasternya lebih terasa. Tidak ada yang dibuat over jago. Semua anggota punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Setiap anggota punya strugglenya masing-masing baik secara teknis maupun non-teknis. Pelatih Yoon pun juga dibuat semanusiawi mungkin. Dia pernah berbuat ceroboh yang akhirnya berakibat fatal pada anak-anak didiknya. Karena flawnya ada, karakter developmentnya juga berasa banget. Perjalanan mereka juga jadi seru untuk diikuti karena kita gak bisa nebak mereka akan menang atau kalah, bagaimana strategi timnya, siapa atlet yang akan diturunkan atau yang di-keep.

Bedanya dengan klub putri Haenam, saya agak kurang sreg dengan Han Se Yoon yang dibuat terlalu superior. Dari awal, Han Se Yoon adalah sosok atlet muda yang tidak pernah merasakan kekalahan. Menurut saya itu kurang masuk akal. Bahkan di masa “peak-nya” atlet sehebat apapun pasti pernah kalah. Dan yang lebih superior lagi, Se Yoon selalu dibuat menang dengan skor telak. Lawannya tidak pernah bisa menyentuh skor 10 dalam setiap pertandingan. Pernah sih skornya dempet-dempet. Itupun karena Se Yoon mainnya selow sambil simpan tenaga.

Btw, saya mau kasih thumbs up dulu buat anak-anak saya, hehehe anak jarak jauh saya maksudnya (iya anak, soalnya mereka masih bocah dan imut-imut banget) Tan Joon Sang dan Kim Kang Hoon. Mereka berhasil memainkan peran yang benar-benar berbeda dari drama mereka sebelumnya. Bayangin Tan Joon Sang sebagai Han Geu Ru di Move to Heaven yang mengalami sindrom asperger dan tidak ekspersif berbanding terbalik dengan karakter YoonHae Kang yang amat sangat emosional dan ekspresif. Bayangin juga Kim Kang Hoon yang jadi Bareum si psikopat di drama Mouse dan sekarang jadi Lee Yong Tae yang ceria, cerewet, dan cengeng. Anggota Racket Boys yang lain juga aktingnya bagus banget. Gak lupa sama YoonHae In (Ahn Se Bin), adik perempuan Hae Kang yang masih TK tapi super cerdas dan kadang lebih dewasa dari orang dewasa. Sekecil itu aja aktingnya sudah sangat menjanjikan. Saya yakin masa depan karir akting anak-anak ini akan cemerlang di masa depan.

Well, drama Racket Boys ini pun tamat dengan hangat dan bahagia, dengan porsi yang pas dan gak ada satupun episode yang bikin bosan walaupun durasinya hampir 90 menit. Anyway, I will miss my sons for sure.

NB: Congratulations for Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang sudah berhasil menyumbangkan emas untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020, juga untuk Antoni Sinisuka Ginting yang berhasil membawa pulang medali perunggu. Dan juga terima kasih untuk atlet-atlet badminton kebanggaan Indonesia lainnya yang sudah berjuang sekuat tenaga mengharumkan nama bangsa. We are so so so proud of you, guys.

No comments