Review Buku: Janji

 

Ulasan Novel Janji Tere Liye


Judul Buku: Janji

Penulis: Tere Liye

Penerbit: PT. Sabak Grip Nusantara

Tahun Terbit: 2021

ISBN: 19786239726201

Jumlah Halaman: 488

 

Hello Readers! Welcome back to my review board again! Setelah vakum untuk waktu yang sangat lama dalam urusan tulis-menulis review buku di blog ini, finally saya bisa kembali dengan sebuah ulasan terbaru dari novel Janji karya Tere Liye yang dirilis pada pertengahan tahun 2021 ini.

Membaca novel Janji ini memberikan sensasi tersendiri bagi saya pribadi. Novel janji menjadi semacam perpaduan kisah antara Bujang dalam serial Pulang, petualangan Ali, Raib dan Seli dalam serial Bumi, serta kisah Sri di dalam novel Tentang Kamu.


Lalu, seperti apa kejutan yang dihadirkan oleh Tere Liye di dalam novel terbarunya ini? Yuk, langsung saja membaca ulasan saya berikut ini.

Blurb  

Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Ada yang kaya, pun ada yang miskin. Ada yang terkenal, ternama, berkuasa, juga ada yang bukan siapa-siapa. Ada yang seolah bisa membeli apapun, melakukan apapun yang dia mau, hebat sekali. Ada yang bahkan bingung besok harus makan apa.

Tapi sesungguhnya di manakah kebahagiaan itu hinggap? Di manakah hakikat kehidupan itu tersembunyi? Apakah seperti yang kita lihat dari luar saja?

Inilah kisah tentang janji.

Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Dari hari ke hari. Dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu kejadian ke kejadian lain. Terus mengembara.

Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini: mati.

Review

Kisah ini berawal dari kunjungan seorang “tamu agung” pada sebuah pesantren termashur. Sebagaimana kunjungan tamu kehormatan lainnya, Kyai, guru hingga para santri memang selalu sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan para tamu. Namun, kunjungan “tamu agung” kali ini berbeda dari yang lainnya. “Tamu agung” ini mendapatkan jamuan yang kurang sedap hari itu.

Awalnya, tak ada yang mencurigakan. Hingga Buya, seorang Kyai pondok menyadari keganjilan dari minuman yang dicicipi oleh sang “tamu agung”. Selepas kunjungan sang “tamu agung” tersebut, muncullah tiga orang santri yang mengetuk ruang kerja Buya hari itu juga. Hasan, Kaharuddin dan Baso merupakan tiga orang santri yang sudah sangat familiar di pondok. Bukan, sama sekali bukan karena prestasi tetapi lebih kepada kenakalan dan kejailan yang selalu mereka lakukan. Kali ini kenakalan yang mereka lakukan cukup fatal. Bukan lagi persoalan berkelahi, menjaili teman hingga bolos melainkan mereka sengaja memasukkan garam ke dalam minuman “tamu agung” beserta rombongannya.

Pada akhirnya, Buya mengambil tindakan yang lebih tegas kepada Tiga Sekawan ini. Berbeda dengan hukuman-hukuman yang telah mereka lalui sebelum-sebelumnya. Kali ini Buya justru memberikan hukuman berkedok misi rahasia untuk menemukan seseorang Bernama Bahar. Misi menemukan Bahar ini bukanlah tanpa alasan.  Semuanya berawal dari kisah 40 tahun yang lalu. Saat itu, seorang nenek datang mengantarkan cucunya untuk bisa dimasukkan bersekolah ke dalam pondok. Anak itu Bernama Bahar dan seorang yatim piatu.

Sejak hari itu, Bahar menjadi murid sekolah. Dan segera terkenal karena kenakalannya. Sama seperti kalian bertiga, tak kunjung habis masalah yang dibuatnya. Siang-malam, hari berganti minggu, bulan berlalu, setahun genap Bahar di sekolah, menggunung tinggi jejak perbuatannya. Lebih serius dibanding kalian. Berkelahi dengan penduduk, diam-diam pergi ke desa terdekat menyabung ayam, bahkan berani menenggak tuak. Guru-guru menyerah, mereka bilang sebaiknya anak itu dikeluarkan. Ayahku menolak tegas. Dia tidak akan menyerah

Setelah semua kenakalan yang dilakukan Bahar 40 tahun yang lalu itu, pada akhirnya Buya (Ayah dari Buya yang sekarang) menyerah juga. Di bulan Ramadhan, malam pertama sahur Bahar melakukan kenakalan yang sudah di luar batas. Ia membakar sebuah pondok dan menewaskan seorang santri yang kakinya pincang, Gumilang. Subuh itu juga, dengan keadaan yang masih bau tuak dan muka memerah, Bahar akhirnya di keluarkan dari sekolah agama oleh Buya.

Pergilah, Bahar. Aku minta maaf, sekolah ini telah gagal mendidikmu. Tidak akan pernah ada lagi yang bisa mendidikmu

Setelah peristiwa itu, tiga malam berturut-turut Buya terus didatangi mimpi yang terus-menerus berulang. Sejak saat itu juga, Buya pun tak lagi mengajar sebagaimana biasanya. Ia kehilangan semangat hidupnya semenjak kejadian itu. Namun, bertahun-tahun kemudian, semuanya kembali normal. Hingga pada suatu hari menjelang Buya wafat, Buya memanggil anaknya (Buya yang sekarang). Buya memintanya untuk mencari Bahar, dengan nafas yang sudah tersengal Buya mengatakan bila Bahar adalah murid terbaiknya. Anak Buya tak habis pikir, bagaimana mungkin Bahar adalah murid terbaik yang pernah ia miliki.

Buya pun kemudian bercerita tentang mimpi yang terus mendatanginya selama ini. Buya bermimpi sedang berada di tengah gurun pasir yang maha luas. Itu adalah tempat manusia diadili dengan seadil-adilnya. Buya menyaksikan berbagai macam jenis manusia menuju tempat penghakiman terakhirnya. Saat Buya melihat dirinya berjalan beberapa langkah, tiba-tiba muncul sebuah kendaraan yang melayang di udara dengan warna kuning keemasan. Seseorang tersenyum di dalamnya, mengulurkan tangan, mengajak Buya naik.

Naiklah Buya, tidak pantas  Buya berjalan kaki di gurun pasir

Alangkah kagetnya Buya, saat melihat sosok Bahar berada di dalam kendaraan itu. Buya terbangun dari tidurnya dengan peluh yang bercucuran. Mimpi itu serasa nyata. Semenjak mimpi itu, Buya terus mencari keberadaan Bahar tapi tetap tak menemukannya. Hingga menjelang wafatnya pun, Buya masih terus mencari Bahar.

Mendengar kisah tersebut, Hasan, Baso dan Kaharuddin langsung terdiam. Tak menyangka ia akan mendapat cerita sehebat itu. Alih-alih dikeluarkan dari sekolah, ternyata mereka mengembang misi yang maha sakral. Siang itu, petualangan Tiga Sekawan menemukan Bahar pun dimulai.   

Awalnya, Tiga Sekawan ini berniat memanfaatkan hukuman berkedok misi rahasia tersebut untuk bersenang-senang saja. Toh, setelah uang perjalanan yang diberikan Buya habis mereka bisa langsung kembali ke pondok dan menjawab seadanya saja bahwa mereka tak menemukan Bahar. Setelah itu adalah urusan mereka apakah akan pergi meninggalkan pondok atau tetap melanjutkan belajar agama di pondok. Akan tetapi, semesta berkehendak lain. Mereka bertiga memang ditakdirkan untuk mengembara menemukan Bahar.

Misi rahasia dari Buya untuk Hasan, Baso dan Kaharuddin ternyata penuh dengan kejutan. Mulai dari bertemu Bos Acong sang mafia, Pak Asep yang buta, Pak Manshur teman sejati Bahar di penjara selama lima tahun, Etek yang cerewet dan Muhib yang kocak, hingga bertemu dengan Pak Budi dan Bu Surti di wilayah pertambangan emas. Semua kisah yang didengar oleh Tiga Sekawan dari orang-orang yang pernah berhubungan langsung dengan Bahar tersebut mendadak membuat mereka lupa dengan niat untuk kabur dari pondok.

Pada akhirnya Hasan, Baso, dan Kaharuddin paham mengapa Buya menjadikan Bahar yang terkenal dengan kenakalan tingkat dewanya itu sebagai murid terbaiknya selama ini.

My Impression

Kalau boleh jujur, di antara karakter-karakter fiksi yang diciptakan Tere Liye dalam berbagai novelnya, sosok Bahar dalam Novel Janji karya Tere Liye ini adalah salah satu karakter yang bikin saya speechless. Saya sampai bertanya-tanya sendiri, ini sosok Bahar ada versi non-fiksinya gak sih?

Perjalanan hidup Bahar yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, asliiii bikin saya merinding. Tidak terasa saya berkaca-kaca sendiri tiap baca halaman demi halaman dari novel ini. Novel Janji ini memang sukses menguras emosi saya sih. Untung ada Baso, mood booster dari sang Tiga Sekawan yang bisa bikin ngakak di setiap cerita novel ini kwkwkwk.

Saya sih ngarepnya novel Janji ini punya sekuel macam novel Pulang-Pergi, tapi sepertinya pencarian Bahar memang terhenti untuk di satu novel saja seperti hanya kisah Sri dalam novel Tentang Kamu. Padahal saya masih penasaran sama kisah Hasan, Baso dan Kaharuddin selanjutnya. Siapa tahu kan, mereka bisa punya sekuel petualangan mencari sosok-sosok lainnya dari Buya macam kisah petualangan dunia parallelnya Ali, Seli dan Raib heuheuheu.

2 comments

  1. Fix bakal aku cari ini novelnya. Selama ini selalu sukaaa Ama novel2 Tere Liye, tapi koleksiku blm banyak. Walopun ada juga bukunya yg bikin baper 🤣, kayak sunset bersama Rossi, tapi bulu2 lainnya bagus sih.

    Sekali udah baca buku Tere Liye, susah untuk berhenti sebelum tamat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, ini Tere Liye kalau buat buku kagak nanggung2 bikin pembacanya penasaran to the bone. Siap2 2022 bakal dikasih surprise lagi nih sama buku baru wkwkkww

      Delete