Review Buku: Funiculi Funicula, Before the Coffee Gets Cold

Review Funiculi Funicula

 

Judul Buku: Funiculi Funicula

Penulis: Toshikazu Kawaguchi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2021

ISBN: 9786020651927

Jumlah Halaman: 224

 

Hello Readers! Selamat datang kembali di review board saya. Masih dalam edisi review buku akhir tahun, di postingan kali ini saya akan membagikan review novel karya Toshikazu Kawaguchi yang berjudul Funiculi Funicula, Before the Coffee Gets Cold.


Novel ini sendiri merupakan karya pertama dari Toshikazu Kawaguchi yang diadaptasi dari pertunjukan teater garapannya bersama 1110 Productions yang memenangkan penghargaan utama dalam Festival Teater Suginame Kesepuluh.


Bagi kalian yang penasaran dengan seperti apa sih isi novel terjemahan asal Jepang bertema mesin waktu ini, yuk menyimak ulasan novelnya berikut ini.

 

Blurb

Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Namun, ada banyak peraturan yang harus diingat. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin.

Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?

Review

Funiculi Funicula merupakan sebuah kafe tua dengan berbagai ornamen klasik di dalamnya. Kedai kopi ini tak seperti kedai kopi modern yang sering dijumpai di zaman sekarang. Letaknya berada di bawah tanah, memiliki penerangan yang tak terlalu maksimal, suhu yang selalu panas dan hanya mengandalkan kipas angin biasa serta memiliki kursi dan meja-meja tua yang sudah ada sejak kafe ini pertama kali didirikan. Meskipun begitu, keadaan benda-benda di dalam kafe ini tak pernah terlihat usang dan kumuh dimakan oleh usia.


Kafe ini memang terbilang kuno tapi soal cita rasa kopinya, Funiculi Funicula tetap menjadi tujuan banyak orang di Tokyo. Selain soal kopi, kafe ini juga memiliki kisah yang melegenda. Funiculi Funicula juga ternyata mampu membawa orang-orang kembali ke masa lalu. Namun, syarat untuk kembali ke masa lalu tidaklah mudah. Fumiko salah seorang pengunjung setia kafe ini memutuskan untuk mengikuti semua peraturan tersebut demi bertemu kembali kekasih hatinya. Ia ingin menyampaikan apa yang seharusnya ia katakan pada Goro, di hari terakhir perjumpaan mereka sebelum akhirnya kekasihnya itu berangkat ke Amerika.


Tak hanya Fumiko, seorang perawat Bernama Kotake juga ingin mengulang kembali waktu demi bertemu kembali dengan suaminya. Kotake ingin mengulang hari di mana Fusagi, suaminya tersebut masih belum mengidap penyakit Alzheimer. Ia penasaran dengan surat cinta yang tak pernah disampaikan oleh Fusagi, hingga Alzheimer merenggut semua kenangannya bersama Kotake.


Kemudian, seorang perempuan bernama Hirai juga ingin kembali ke masa lalu untuk bertemu adiknya, Hirai terus merasa bersalah kepada adiknya karena menolak menemuinya tepat di hari kecelakaannya. Kumi, adik dari Hirai memang selalu datang untuk menemui Hirai, sayangnya, setiap pertemuan yang disempatkan oleh Kumi tak pernah diindahkan oleh Hirai. Hirai selalu bersembunyi dan menghindar dari adiknya itu. Perasaan bersalah yang terus menghantui Hirai membuatnya nekat mengikuti peraturan di kafe tua, ia ingin kembali ke masa lalu untuk meminta maaf kepada Kumi. Pertemuan tersebut sekaligus menjadi pertemuan terakhirnya bersama Kumi.


Berbeda dengan Fumiko, Kotake dan juga Hirai, seorang ibu yang sedang mengandung justru ingin ke masa depan untuk bertemu anak yang sedang dikandungnya. Kei, memang telah mengidap penyakit jantung sejak kecil, semenjak hamil kondisi fisiknya semakin menurun drastis. Dokter telah menyarankan untuk menggugurkan kandungannya ketika kehamilannya menginjak usia 6 minggu. Sayangnya, Kei memilih mempertahankan bayinya tersebut. Kei tahu dengan semua resiko yang harus ditanggungnya itu. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk mengikuti peraturan di Funiculi Funicula demi berkelana di masa depan untuk menemui anaknya.


Mengunjungi masa lalu dan juga masa depan memang tidak akan mengubah kenyataan yang ada. Sekuat apapun usaha mereka yang kembali ke masa lalu ataupun ke masa depan, peraturan di kafe tua itu tetap tidak akan mengubah kenyataan yang seharusnya terjadi. Peraturan tetaplah peraturan.

Pada akhirnya, kenyataan tidak berubah bagi mereka yang kembali ke masa lalu ataupun mereka yang pergi ke masa depan. Lalu, apa istimewanya kursi ini?


Akan tetapi, Kazu sang penyeduh kopi mesin waktu memilih untuk terus meyakini bahwa kekuatan hati cukup bagi seseorang untuk melewati kenyataan yang dihadapinya, sepahit apapun kenyataan itu. Meskipun tak bisa mengubah kenyataan, asalkan masih ada hati yang tergerak untuk berubah, selama itu pula kursi  tersebut istimewa. 

My Impression

Novel terjemahan Jepang Funiculi Funicula ini sendiri sebenarnya sudah lama terpajang lama di rak buku saya. Sayangnya, saya baru bisa membaca dan membagikan reviewnya di akhir tahun ini. Saya masih ingat betul saat akun Gramedia Pustaka Utama di Twitter memposting penampilan perdana dari novel terjemahan Funiculi Funicula ini. Penampilan covernya yang cantik dengan khas gambar komik membuat saya langsung jatuh cinta sama covernya. Tak hanya soal covernya saja sih, tema mesin waktu dari novel ini juga bikin saya langsung tertarik untuk segera membacanya.

Sejujurnya, tema mesin waktu memang memiliki resiko yang cukup besar bagi kepala saya untuk pusing tujuh keliling. Terlebih ini adalah novel terjemahan, nama-nama tokoh Jepang kadang bikin saya nge-lag juga kalau membaca novel terjemahan Jepang. Tapi ternyata, plot di dalam novel yang satu ini tidak semumet saat saya membaca novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino.

Jika kalian mencari rekomendasi novel terjemahan bertema mesin waktu dengan alur yang ringan dan tidak bikin mumet maka silahkan membaca novel Funiculi Funicula karya Toshikazu Kawaguchi ini. Jumlah halamannya juga tidak tebal-tebal amat, jadi kalian akan lebih nyaman dan santai saat membacanya.

No comments